Halo Sobat ! | Members area : Register | Sign in
About me | SiteMap | Arsip | Terms of Use | Dcma Disclaimer

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Total Tayangan Halaman

2. Perbedaan Budaya

 Kalian hampir setiap hari mendengar istilah budaya atau kebudayaan. Apakah yang dimaksud dengan budaya dan kebudayaan? Koentjaraningrat (1996) menjelaskan bahwa kata kebudayaan berasal dari Sansekerta buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “ kekal”.

Culture adalah kata asing yang berasal dari kata bahasa Latin colere (yang berarti “mengolah”, “mengerjakan”, dan terutama berhubungan dengan pengolahan tanah atau bertani), memiliki makna yang sama dengan kebudayaan, yang kemudian berkembang maknanya menjadi “segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam”.

Bagaimanakah cara melihat hasil-hasil budaya? Kalian perlu memahami wujud kebudayaan, agar lebih mudah memahami berbagai hasil budaya manusia. Menurut sosiolog J.J. Hoenigman, terdapat tiga wujud budaya, yaitu gagasan, tindakan, dan karya.


  • Gagasan (Wujud Ideal)

Wujud ideal kebudayaan merupakan kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak atau tidak nyata, tidak dapat diraba atau disentuh. Di manakah letak ide atau gagasan? Ide dan gagasan tentu berada dalam pemikiran manusia.

Wujud kebudayaan berupa pemikiran manusia dapat dilihat dalam karya-karya tulis. Tulisan berupa pemikiran berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut pada waktu tertentu.


  • Aktivitas (Tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, yang disebut juga dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari- hari, serta dapat diamati dan didokumentasikan.


  • Artefak (Karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling nyata di dibandingankan dua wujud kebudayaan yang lain.


Budaya adalah salah satu kekhasan manusia yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Manusia selalu menghasilkan budaya karena manusia dikaruniai akal untuk berpikir dalam rangka memperbaiki taraf hidupnya. Hal inilah yang membedakan hewan dan manusia. Adapun hewan menggunakan naluri. Hewan cenderung bersifat statis (menetap), sedangkan manusia selalu berubah (dinamis). Sebagai contoh, kalian dapat membedakan rumah burung dan rumah manusia. Di manapun, burung pipit akan membuat sarang yang bentuknya sama. Bandingkan dengan rumah manusia di berbagai daerah di Indonesia.

Penjelasan Koentjaraningrat tentang 7 (tujuh) unsur kebudayaan dapat membantu kita lebih memahami secara nyata tentang kebudayaan. Tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai budaya universal tersebut, yaitu:

  1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transpor, dan sebagainya).
  2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, sistem produksi, sistem distribusi, dan sebagainya).
  3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan).
  4. Bahasa (lisan dan tertulis).
  5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya).
  6. Sistem
  7. Religi (sistem kepercayaan).

Apa saja yang memengaruhi perbedaan budaya masyarakat Indonesia? Banyak hal yang memengaruhi perbedaan budaya masyarakat Indonesia.


  • Perbedaan Lokasi

Kalian bandingkan  bentuk  rumah  asli masyarakat Jawa dan Kalimantan. Perbedaan kondisi alam di Jawa dan Kalimantan menyebabkan perbedaan hasil kebudayaan berupa rumah. Kalian juga dapat mengamati berbagai kerajinan yang dibuat masyarakat pegunungan dengan kerajinan yang dibuat masyarakat pesisir.


  • Perbedaan Agama/Keyakinan

Agama Hindu dan Buddha banyak meninggalkan hasil kebudayan berupa patung dan relief pada dinding-dinding candi. Hal ini tidak dapat dipisahkan  dari sistem kepercayaan Hindu-Buddha yang menjadikan candi sebagai salah satu tempat suci.

Relief pada dinding-dinding candi Hindu-Buddha biasanya juga mengandung berbagai ajaran untuk umatnya. Kalian dapat menemukan berbagai candi, patung, dan relief peninggalan kerajaan masa Hindu-Buddha di pusat-pusat kerajaan tersebut.

Pusat-pusat kebudayaan pada masa kerajaan Hindu-Buddha di Sumatra dapat kalian temukan di Riau, Jambi, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, dan Lampung. Adapun di Pulau Jawa kalian dapat menemukannya di Bogor, Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Malang, dan Mojokerto (dekat Surabaya).

Pada masa perkembangan kerajaan Islam, hasil seni bangunan dan ukir relief-patung bergeser menjadi seni ukir kaligrafi dan bangunan masjid.

Selain kedua hal tersebut, perbedaan budaya juga disebabkan faktor-faktor lain, seperti adat-istiadat, kebiasaan, dan tradisi.

Kalian sudah memahami bahwa di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa. Karena Indonesia memiliki beragam suku bangsa, bentuk kebudayaannya juga beragam.

Setiap daerah memiliki kebudayaan daerah yang khas. Keragaman budaya daerah dapat diketahui melalui bentuk-bentuk pakaian adat, lagu daerah, tarian daerah, rumah adat, alat musik, seni pertunjukan, dan upacara adat.

3. Perbedaan Suku Bangsa

Bangsa Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa. Suku Jawa adalah kelompok suku terbesar di Indonesia dengan jumlah mencapai 41% dari total populasi. Sebagian besar suku Jawa tinggal di Pulau Jawa, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Banyak dari anggota suku ini telah bertransmigrasi dan tersebar ke berbagai pulau di Nusantara bahkan bermigrasi ke luar negeri. Suku Sunda, suku Melayu, dan suku Madura secara berurutan adalah kelompok terbesar berikutnya di negara ini.

Berikut ini merupakan contoh nama suku bangsa dan lokasi atau tempat yang paling banyak didiami/ditinggali.

Tabel 2.1 Nama Suku Bangsa dan Daerah Asal

Nama Suku BangsaDaerah Asal
Aceh, Gayo,Tamiang Ulu Sangkil, Aneuk Jamee, Kluet, Gumbak Cadek, dan SimeulueAceh
Batak Toba, Batak Karo, Batak Mandailing, Nias, Simalungun, Asahan, dan AngkolaSumatra Barat
Minangkabau,   Gusci,   Caniago,   Tanjung   Kato,

Panyali, Sikumbang, dan Mentawai

Sumatra Barat
Komering, Palembang, Pasemah, Sameda, Ranau, Kisam, Ogan, Lematang, Rejang, Rawas, dan Kubu 

Sumatra Selatan

Bangka, Belitung, Mendanau, Rawas, dan SemendoBangka Belitung
SundaJawa Barat
BetawiDKI Jakarta
Jawa, Samin, dan KarimunJawa Tengah
Madura, Jawa, Osing, dan TenggerJawa Barat
Dayak, Ngaju, Apo Kayan, Murut, Poanan, dan Ot

Danun

Kalimantan Barat
Bulungan, Tidung, Kenyah, Berusuh, Abai, dan

Kayan

Kalimantan Timur
Banjar Hulu dan Banjar KualaKalimantan Selatan
Lawang, Dusun, Bakupai, dan NgajuKalimantan Tengah
Sasak, Sumbawa, BimaNusa Tenggara Barat
Timor, Rote, Sabu, Manggarai, Ngada, Ende Lio, Larantuka, dan SumbaNusa Tenggara Timur
Kaali, Kuwali, Panuma, Mori, Balatar, dan BanggaiSulawesi Tengah
Wolia, Laki, Muna, Buton, BalatarSulawesi Tenggara
Sangir, Talaud, Minahasa, Bolaang Mongondow, dan BantikSulawesi Utara
Makasar, Bugis, Toraja, Mandar, Selayar, dan BoneSulawesi Selatan
BaliBali
Ambon, Alifuru, Togite, dan FaruMaluku

Berdasarkan data di atas, manakah suku bangsa yang paling banyak kalian temukan di tempat tinggalmu? Pada masa sekarang, kalian dapat menemukan berbagai suku bangsa di lingkungan provinsimu.

Walaupun kita memiliki beragam suku bangsa yang berasal dari berbagai wilayah Indonesia, namun kita bebas tinggal di berbagai tempat di Indonesia. Sebagai contoh, Jakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia dapat juga disebut sebagai miniatur Indonesia. Di Jakarta, kalian dapat menemukan berbagai macam suku bangsa Indonesia.

Mengapa terjadi perbedaan suku bangsa di Indonesia? Apakah manusia dapat memilih terlahir sebagai suku Batak, Dayak, atau Jawa? Tentu saja tidak. Manusia terlahir karena kehendak Tuhan Yang Maha Esa.

Setiap suku bangsa memiliki derajat yang sama. Secara ilmiah, perbedaan suku bangsa di Indonesia tidak terlepas dari faktor sejarah nenek moyang bangsa Indonesia. Kalian dapat membuka kembali pelajaran Kelas VII, yang membahas tentang asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia.

Berdasarkan perjalanan sejarah yang telah kalian pelajari pada saat Kelas VII, sangat jelas bahwa perbedaan suku bangsa di Indonesia tidak lepas dari faktor sejarah.

Bagaimana interaksi antara berbagai suku bangsa di Indonesia? Sejak ribuan tahun yang lalu, berbagai suku bangsa di Indonesia hidup berdampingan secara harmonis. Berbagai suku bangsa di Indonesia saling memahami dan menghargai berbagai perbedaan yang ada.

Pada masa sekarang, kalian dapat menemukan berbagai suku bangsa di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa suku bangsa Indonesia sangat terbuka menerima kedatangan berbagai suku bangsa yang berbeda.

Mereka hidup berdampingan dan bekerja sama untuk membangun bangsa dan negara. Bahkan, banyak masyarakat yang melakukan perkawinan campur. Mungkin saja beberapa temanmu atau bahkan dirimu sendiri lahir dari bapak dan ibu yang berbeda suku bangsa.


4. Perbedaan Pekerjaan

Pekerjaan merupakan salah satu bentuk kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan. Pada saat ini, kalian dapat menemukan berbagai jenis pekerjaan baik sektor formal maupun nonformal.

Pekerjaan sektor formal adalah berbagai pekerjaan yang dijalankan oleh pelaku usaha resmi baik pemerintah maupun swasta. Para karyawan perusahaan, pegawai kantor bank, pegawai pemerintah, dan guru merupakan contoh pekerjaan pada sektor formal.

Pada jenis pekerjaan formal ini, individu terikat secara langsung oleh sistem yang berlaku. Dengan demikian, mereka bekerja penuh dengan aturan yang mengikat.

Kondisi tersebut berbeda dengan pekerjaan pemilik bengkel, petani, penjual di pasar, dan pelaku usaha mandiri lainnya. Mereka bekerja secara mandiri, tak tergantung pada pihak lain.

Sebagai contoh, pekerjaan sebagai pedagang bakso keliling sangat tergantung pada pedagang tersebut. Apabila ingin libur, ia dapat libur sewaktu-waktu. Hal ini berbeda dengan orang yang bekerja sebagai karyawan perusahaan atau lembaga pemerintah.

Semua pekerjaan itu mulia selama pekerjaan tersebut bermanfaat bagi diri dan orang lain. Guru, polisi, dokter, petani, dan tukang pijat sama-sama pekerjaan mulia. Tidak ada yang lebih rendah atau lebih tinggi derajatnya. Semua profesi saling membutuhkan.

Tanpa guru, tidak akan ada polisi dan dokter. Tanpa petani, tukang pijat dan polisi dapat mengalami kelaparan, demikian seterusnya. Rantai kehidupan manusia tersusun sedemikian rupa sehingga saling membutuhkan.

Setelah kalian mempelajari berbagai perbedaan masyarakat di Indonesia, tentu kalian dapat menyimpulkan bahwa perbedaan tidak dapat dihindari.

Sebagai sebuah negara besar, bangsa Indonesia jauh lebih beragam atau heterogen dibandingkan negara-negara lain. Perbedaan tersebut tentu harus dikelola dengan baik agar bermanfaat bagi bangsa dan negara.

Keberagaman budaya telah memberikan manfaat besar bagi bangsa kita. Contohnya dalam bidang bahasa. Kebudayaan daerah yang berwujud dalam bahasa daerah dapat memperkaya perbendaharaan  kata  bahasa  Indonesia.

Kosa kata dalam bahasa Indonesia berbeda dengan kosa kata bahasa Malaysia. Malaysia tidak memiliki kata sebanyak bangsa Indonesia. Bahasa dominan di Malaysia adalah Melayu yang kemudian diperkaya dengan menyerap bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, dan bahasa Tionghoa.

Dalam bahasa Indonesia, kalian dapat menemukan berbagai istilah yang diserap dari berbagai bahasa daerah.

Potensi keberagaman budaya dapat dijadikan objek dan tujuan pariwisata di Indonesia, yang bisa mendatangkan devisa. Pemikiran yang timbul dari manusia di tiap-tiap daerah dapat pula dijadikan acuan bagi pembangunan nasional.

Perbedaan Agama Di Indonesia

 

Perbedaan Agama

Apakah kalian menemukan berbagai macam agama di lingkungan tempat tinggalmu? Pernahkah kalian mengamati pemeluk agama lain yang sedang melaksanakan upacara keagamaan? Tentu kalian banyak menemukan banyak perbedaan.

Kalian mungkin merasa asing dengan upacara persembahyangan agama yang berbeda dengan agama yang kalian peluk. Hal ini wajar karena setiap agama memiliki tuntunan dalam melaksanakan persembahyangan atau upacara keagamaan. Setiap agama memiliki tuntunan cara persembahyangan yang berbeda.

Kalian perlu mengetahui bagaimana setiap umat beragama memiliki tempat ibadah dan melaksanakan kegiatan upacara keagamaan atau persembahyangan. Mengapa kita perlu memahami berbagai kegiatan ibadah agama selain yang kalian anut?

Hal ini sangat penting agar dalam diri kita tumbuh sikap saling memahami dan menghargai atau bertoleransi. Sebagai contoh, ketika umat Islam melaksanakan salat Idulfitri di lapangan, umat beragama lain perlu memahami bahwa kegiatan di lapangan tersebut merupakan upacara keagamaan atau persembahyangan.

Tentu saja, hanya pemeluk agama Islam yang melaksanakan kegiatan salat Idulfitri. Namun demikian, pemeluk agama lain membantu menciptakan suasana agar salat berlangsung aman dan nyaman.

Toleransi dalam beragama bukan berarti kita mencampuradukkan ajaran agama, tetapi saling menghormati dan membantu menciptakan keamanan dan kenyamanan umat beragama lain dalam beribadah.

1. Agama Islam

Pada saat ini, agama Islam merupakan agama yang dipeluk sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut sensus tahun 2010, sebanyak 87,2 % penduduk Indonesia beragama Islam. Kalian tentu masih ingat pelajaran IPS Kelas VII, yang mengisahkan perkembangan kerajaan-kerajaan bercorak Islam di Indonesia.

Agama Islam diperkirakan telah sampai di Indonesia pada abad VII yang kemudian diikuti perkembangan kerajaan-kerajaan bercorak Islam di Indonesia. Sebelum kedatangan Islam di Indonesia telah berkembang agama Hindu dan Buddha sejak sekitar abad IV M.

Apabila kalian  bukan  beragama  Islam,  kalian  perlu  memahami  berbagai  hari penting yang sering diperingati pemeluk Islam. Hal ini bukan untuk tujuan membandingkan antaragama, tetapi supaya kita dapat membantu kelancaran kegiatan agama lain.

Umat Islam memiliki beberapa hari besar yang dirayakan setiap tahun seperti hari raya Idulfitri dan hari raya Iduladha. Hari Jumat juga merupakan hari penting bagi umat Islam. Pada hari Jumat semua laki-laki wajib melaksanakan ibadah salat Jumat secara berjamaah di masjid.

Selain itu umat Islam juga memiliki beberapa hari penting yang selalu diperingati, seperti hari raya tahun baru hijrah, hari kelahiran maulid Nabi Muhammad SAW, dan hari turunnya wahyu Al-Qur’an.

2. Agama Kristen Protestan

Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa kolonial Belanda (VOC) sekitar abad XVI. Pada abad XX, Kristen Protestan berkembang dengan sangat pesat, yang ditandai dengan kedatangan para misionaris dari Eropa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti di wilayah barat Papua, Sumatra Utara, Sulawesi Utara, dan Jawa.

3. Agama Kristen Katolik

Ada pendapat yang menyatakan bahwa agama Kristen Katolik telah masuk ke Indonesia tepatnya di Sumatra Utara sekitar abad VIII. Namun, pendapat tersebut belum didukung bukti-bukti yang kuat.

Bukti yang paling kuat kedatangan agama Kristen Katolik bersamaan dengan penjelajahan bangsa-bangsa Barat ke Indonesia. Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang diperkuat dengan kedatangan bangsa Spanyol.

Salah satu tujuan Portugis ke Indonesia adalah menyebarkan agama Katolik Roma di Indonesia, yang dimulai di Kepulauan Maluku pada tahun 1534. Antara tahun 1546 dan 1547, pelopor misionaris Kristen, Fransiskus Xaverius, mengunjungi pulau itu dan membaptis ribuan penduduk setempat. Selanjutnya, para misionaris giat menyebarkan agama Katolik ke berbagai wilayah Indonesia.

Hari raya umat Kristen Katolik adalah hari Natal, yang diperingati setiap tanggal 25 Desember. Selain itu, umat Katolik memiliki beberapa hari penting yang juga selalu diperingati, misalnya hari raya Paskah dan hari raya Kenaikan Isa Almasih.

4.  Agama Hindu

Agama Hindu diperkirakan telah masuk ke Indonesia sejak awal abad Masehi. Pada saat mempelajari perkembangan kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, kalian tentu ingat kapan agama Hindu dan Buddha masuk ke Indonesia. Kalian tentu masih ingat beberapa teori proses masuk dan berkembangnya agama Hindu di Indonesia.

Beberapa upacara keagamaaan pada hari-hari penting agama Hindu misalnya hari raya Galungan, hari raya Nyepi, dan hari Saraswati. Agama Hindu kaya akan berbagai upacara atau tradisi keagamaan. Tradisi-tradisi warisan agama dan kebudayaan agama Hindu juga memengaruhi kebudayaan Indonesia yang masih berkembang hingga kini.

  • Agama Buddha

Perkembangan agama Buddha diperkirakan terjadi bersamaan dengan perkembangan agama Hindu. Kerajaan Sriwijaya di Sumatra merupakan salah satu pusat studi agama Buddha di Asia Tenggara. Banyak sarjana dari Tiongkok dan bangsa-bangsa Asia Timur mempelajari agama Buddha di Sriwijaya.

Beberapa upacara keagamaan yang dapat kalian kenal misalnya Hari Raya Waisak dan Ulambana. Waisak dirayakan pada bulan Mei pada waktu terang bulan (purnama sidhi) untuk memperingati 3 (tiga) peristiwa penting, yaitu lahirnya Pangeran Siddharta, Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha, dan wafatnya Buddha Gautama.

5. Agama Konghucu

Kehadiran Agama Konghucu di Indonesia telah berlangsung berabad-abad lamanya. Kalian dapat menemukan klenteng yang biasa digunakan sebagai tempat ibadah umat Konghucu di berbagai wilayah di Indonesia.

Contoh: Kelenteng Ban Hing Kiong di Manado yang didirikan pada tahun 1819, Kelenteng Boen Tjhiang Soe di Surabaya. Umat Konghucu banyak memiliki hari penting, tetapi hari raya yang terkenal dan telah menjadi hari libur nasional di Indonesia adalah hari raya Imlek.

Jauh sebelum agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu berkembang, di Indonesia telah berkembang berbagai aliran kepercayaan. Sampai saat ini, kalian dapat menemukan berbagai aliran kepercayaan yang dianut sebagian masyarakat Indonesia. Berbagai aliran kepercayaan sebagian telah berkembang sejak masa praaksara

Pluralitas Masyarakat Indonesia

Pluralitas adalah paham atas keberagaman untuk dapat hidup secara toleran ditengah-tengah masyarakat. Masyarakat di sini merupakan masyarakat yang majemuk baik secara budaya, agama, bahasa, politik, dan sebagainya. Pluralitas disebut juga dengan pluralisme.

Pengertian Pluralistas

Kamus besar bahasa indonesia

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia pluralitas atau pluralisme adalah keadaan masyarakat yang majemuk (bersangkutan dalam sistem sosial dan politiknya), berbagai kebudayaan yang berbeda-beda dalam suatu masyarakat.

Pluralisme menurut para ahli

Berikut beberapa ahli yang menyumbangkan pandangannya terkait pengertian pluralisme atay pluralitas.

  • Mohammad  Shofan
    Pluralisme adalah upaya untuk membangun kesadaran normatif teologis dan kesadaran sosial.
  • Syamsul Maa’arif
    Menurut Syamsul Maa’rif, pluralisme merupakan suatu sikap saling memahami, dan menghormati adanya perbedaan demi tercapainyakerukunan antar umat beragama.
  • Webster
    Pluralisme adalah keadaan sosial yang hadir dalam beragam etnis, agama, ras dan etnis yang mempertahankan tradisi berpartisipasi dalam masyarakat. Keadaan seperti ini kemudian menciptakan sebuah pola masyarakat yang hidup saling berdampingan dalam keberagaman yang ada.
  • Anton M. Moeliono
    Pluralisme merupakan suatu hal yang memberikan makna jamak dari segi kebudayaan yang berbeda-beda dalam suatu masyarakat. Rasa hormat akan nilai kebudayaan lainnya dan sikap saling menghargai merupakan dasar landasan terciptanya plurarisme.
  • Santrock
    Santrock menyatakan bahwa Santrock adalah penerimaan tiap individu yang berpendapat bahwa perbedaan budaya haruslah dipertahankan dan dihargai keberadaannya.
sikap pluralitas

Sikap pluralitas

Sikap yang mencerminkan pluralitas antara lain sebagai berikut:

  • Hidup dalam Perbedaan (Sikap Toleransi/Tasamuh)
    Sikap menerima orang lain yang berbeda secara pemandangan tentang jalan hidup secara pribadi kita.
  • Saling Menghargai
    Mendudukkan semua manusia dalam relasi kesetaraan, tidak ada yang lebih tinggi ataupun lebih rendah.
  • Sikap saling percaya
    Rasa saling percaya adalah salah satu unsur terpenting dalam menjalani hubungan antar sesama manusia dalam suatu kultural atau pun masyarakat.
  • Interdependen (sikap saling membutuhkan/saling ketergantungan)
    Manusia adalah makhluk sosial (homo socius), antara satu dengan yang lainnya adalah saling membutuhkan dan saling melengkapi.

Contoh dari sikap pluaralitas

Contoh dari penerapan sikap pluralitas dalam dilakukan seperti hal berikut ini.

  • Sebuah perusahaan yg menampung masyarakat yg mempunyai suku,ras,dan agama yg berbeda beda
  • Empat rumah ibadah yg dibangun berdampingan di Dukuh Kalipuru, Kendal, Jawa Tengah menjadi contoh kecil pluralitas masyarakat Indonesia yg begitu tinggi.
  • Masyarakat bali yang mayoritas beragama Hindu dapat hidup berdampingan dengan masyarakat pndatang yang hidup di Bali yang notabene beragama di luar Hindu.
  • Membantu orang lain saat mengalami kecelakaan maupu menjadi korban bencana alam.
  • Kebersamaan dalam kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan sekitar.

Dampak adanya sikap pluralitas

Akibat secara langsung dan tidak langsung dari adanya sikap pluralitas akan memberi manfaat antara lain sebagai berikut:  

  • Munculnya sikap saling menghargai.
  • Toleransi dimana-mana.
  • Menciptakan masyarakat yang majemuk
  • dan sebagainya

DAMPAK MOBILITAS SOSIAL

Setiap mobilitas sosial akan menimbulkan peluang terjadinya penyesuaian-penyesuaian atau sebaliknya akan menimbulkan konflik. Menurut Horton dan Hunt (1987), ada beberapa konsekuensi negatif dari adanya mobilitas sosial vertikal, antara lain sebagai berikut:
1.      Adanya kecemasan akan terjadi penurunan status bila terjadi mobilitas menurun.
2.      Timbulnya ketegangan dalam mempelajari peran baru dari status jabatan yang meningkat.
3.      Keretakan hubungan antaranggota kelompok primer, yang semula karena seseorang berpindah ke status yang lebih tinggi atau ke status yang lebih rendah.
Pada masyarakat terbuka, mobilitas mungkin banyak menguntungkan karena ada kesempatan bagi seseorang untuk mencapai jenjang status yang lebih tinggi, sedangkan pada masyarakat yang tertutup (sistem kasta) kemungkinan untuk naik ke status yang lebih tinggi tidak bisa (bahkan tidak ada) sehingga kebahagiaan ataupun kekecewaan tidak begitu dirasakan, sebab seseorang yang dilahirkan telah ditentukan statusnya.



Adapun dampak mobilitas sosial bagi masyarakat, baik yang bersifat positif maupun negatif antara lain sebagai berikut :
1.      Dampak Positif
a.       Mendorong Seseorang untuk Lebih Maju
Terbukanya kesempatan untuk pindah dari strata satu ke strata yang lain menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang untuk maju dalam berprestasi agar memperoleh status yang lebih tinggi.
b.      Mempercepat Tingkat Perubahan Sosial Masyarakat ke Arah yang  lebih baik
Dengan mobilitas, masyarakat selalu dinamis bergerak menuju pencapaian tujuan yang diinginkan.
c.       Meningkatkan Integrasi Sosial
Terjadinya mobilitas sosial dalam suatu masyarakat dapat meningkatkan integrasi integrasi sosial. Misalnya seseorang yang melakukan mobilitas sosial vertikal, ia kan menyesuaikan diri dengan gaya hidup, nilai-nilai dan norma-norma yang dianut oleh kelompok orang dengan status sosial yang baru sehingga tercipta integrasi sosial.

2.      Dampak Negatif
a.      Timbulnya Konflik
Apabila pada masyarakat terjadi mobilitas yang kurang harmonis akan timbul benturan-benturan nilai dan kepentingan sehingga kemungkinan timbul konflik.
Konflik yang ditimbulkan oleh mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu sebagai berikut :
1)      Konflik Antarkelas
Dalam masyarakat terdapat lapisan-lapisan. Kelompok dalam lapisan tersebut disebut kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antarkelas sosial, maka bisa memicu terjadinya konflik antarkelas. Contohnya konflik antara majikan dan buruh dalam suatu perusahaan.
2)      Konflik Antarkelompok Sosial
Konflik yang menyangkut antara kelompok satu dengan kelompok lainnya karena benturan nilai dan kepentingan. Konflik ini dapat berupa :
a)      Konflik antara kelompok sosial yang masih tradisional dengan kelompok sosial yang modern. Misalnya, para kusir delman dan penarik becak yang lambat menyesuaikan diri dengan perubahan dapat menyebabkan konflik dengan sopir mobil angkutan umum.
b)      Proses suatu kelompok sosial tertentu terhadap kelompok sosial lain yang memilki wewenang. Misalnya demonstrasi mahasiswa yang menuntut kepada anggota dewan untuk menurunkan harga BBM.
3)      Konflik Antargenerasi
Konflik yang terjadi karena adanya benturan nilai dan kepentingan antara generasi yang satu dengan generasi yang lain dalam mempertahankan nilai-nilai lain dengan nilai-nilai baru yang ingin mengadakan perubahan. Contohnya, pergaulan bebas yang banyak dilakukan anak-anak muda dewasa ini sangat bertentangan dengan nilai yang dianut oleh generasi tua.

b.      Berkurangnya Solidaritas Kelompok
Penyesuaian diri dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam kelas sosial yang baru merupakan langkah yang diambil oleh seseorang yang mengalami mobilitas, baik vertikal maupun horizontal. Hal ini dilakukan agar mereka bisa diterima dalam kelas sosial yang baru dan mampu menjalankan fungsi-fungsinya. Keadaan inilah yang menyebabkan orang-orang yang pindah lapisan yang baru akan berkurang solidaritasnya terhadap kelas sosial yang lama. Sebagai contoh, orang kaya mendadak akan bersaha menyesuaikan diri dengan lapisan atas dalam gaya hidupnya agar bisa diterima dan dianggap sebagai bagian dari kelas sosial yang baru sehingga menjadi berkurang rasa kesetiakawanannya dengan kelompokk sosial asal.

c.       Timbulnya Gangguan Psikologis
Mobilitas sosial dapat pula mempengaruhi kondisi psikologis seseorang, antara lain sebagai berikut :
1)      Menimbulkan ketakutan dan kegelisahan pada seseorang yang mengalami mobilitas menurun.
2)      Adanya gangguan psikologis bila seseorang turun dari jabatannya.
3)      Mengalami frustasi atau putus asa dan malu bagi orang-orang yang ingin naik ke lapisan atas, tetapi tidak dapat mencapainya.

Referensi :
Soerjono Soekanto. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.