1. Konflik Dalam Kehidupan Sosial.
a. Pengertian Konflik.
Perhatikan Gambar 2.27 tentang demonstrasi kenaikan upah buruh terhadap perusahaan di daerah ibu kota Jakarta. Mengapa buruh melakukan demonstrasi ?. Demonstrasi tersebut tentu disebabkan perbedaan keinginan buruh dengan perusahaan (majikan) atas pengupahan yang berlaku. Demonstrasi yang terjadi diatas merupakan salah satu contoh konflik dalam kehidupan masyarakat.
Pengertian Konflik menurut para ahli : 1. Robert M.Z. Lawang. Konflik adalah perjuangan untuk memperoleh hal – hal yang langka, seperti nilai, status, kekuasaan dsb dengan tujuan tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan pesaingnya. Konflik terjadi karena benturan kekuatan dan kepentingan antara satu kelompok dan kelompok lain dalam rangka memperebutkan sumber – sumber kemasyarakatan (ekonomi, politik, sosial dan budaya) yang relative terbatas. 2. Kartono. Konflik merupakan proses sosial yang bersifat antagonistic dan terkadang tidak bisa diserasikan karena dua belah pihak yang berkonflik memiliki tujuan, sikap dan struktur nilai yang berbeda, yang tercermin dalam berbagai bentuk perilaku perlawanan, baik yang halus, terkontrol, tersembunyi, tidak langsung, terkamuflase maupun yang terbuka dalam bentuk tindakan kekerasan. |
Semua orang dapat terlibat konflik. kalian mungkin pernah mendengar atau membaca berita tentang pertengkaran antar teman di sekolah. kejadian ini digolongkan konflik antar individu. Adapun konflik antara majikan dan buruh dapat dimasukkan dalam kategori konflik individu dengan kelompok. Contoh konflik antara kelompok dan kelompok adalah konflik para pedagang kaki lima dengan para petugas ketertiban. Konflik bahkan dapat melibatkan dalam skala lebih luas. Konflik antar kelompok dan juga dapat berupa konflik antar suku bahkan antar bangsa atau antar negara. Perjuangan negara Palestina melawan penguasaan Israel pada saat sekarang merupakan salah satu bentuk konflik.
b. Faktor – Faktor Penyebab Konflik Sosial.
Mengapa terjadi konflik ?. Akar konflik adalah perbedaan. Berikut ini merupakan beberapa penyebab konflik yang biasanya terjadi dalam kehidupan manusia.
1. Perbedaan Individu.
Manusia adalah individu yang unik. Jangankan manusia yang berbeda orang tua, suku dan ras. Manusia yang lahir dari dalam satu Rahim pun memiliki banyak perbedaan. Walaupun secara fisik sekilas sama, seperti dalam kasus bayi kembar, belum tentu pendirian dan perasaan kedua kembar tersebut sama. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial. Sebab, dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Sebagai contoh, para siswa dalam satu kelasmu tentu berbeda tanggapannya ketika mendengarkan music dangdut. Ada yang merasa terganggu karena suara gendang, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan.
Orang dibesarkan dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda – beda. Dalam lingkup yang lebih luas, berbagai kelompok kebudayaan bisa saja memiliki nilai – nilai dan norma – norma sosial yang berbeda – beda. Perbedaan – perbedaan inilah yang dapat mendatangkan konflik sosial, sebab kriteria tentang sopan – tidak sopan, pantas – tidak pantas atau bahkan berguna atau tidak bergunanya sesuatu baik itu benda fisik maupun non fisik bisa berbeda – beda.
3. Perbedaan Kepentingan.
Bentrokan kepentingan dapat terjadi di bidang ekonomi, politik, dsb. Hal ini karena setiap individu memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam melihat atau mengerjakan sesuatu. manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda – beda. Dalam waktu yang bersamaan, masing – masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda – beda. Kadang – kadang orang dapat melakukan hal yang sam, tetapi untuk tujuan yang berbeda – beda. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dan individu.
4. Perubahan – Perubahan Nilai yang Cepat.
Perundang – undangan atau peraturan yang sifatnya mengubah kebiasaan masyarakat biasanya dilakukan melalui berbagai kajian terlebih dahulu. Hal ini dilakukan supaya masyarakat tidak kaget dengan perubahan yang tiba – tiba terjadi. Sebagai contoh, peraturan merokok ditempat umum. pemerintah tidak langsung memberlakukannya di seluruh masyarakat Indonesia, tetapi di beberapa tempat yang terbatas terlebih dahulu, lalu perlahan – lahan terus meluas dalam rangka memberi kesempatan kepada masyarakat untuk memahami peraturan tersebut. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan itu akan menyebabkan konflik sosial. Suatu konflik mempunyai kecenderungan atau kemungkinan untuk mengadakan penyesuaian kembali norma – norma dan hubungan – hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan kebutuhan individu maupun bagian – bagian kelompok tersebut.
c. Akibat – Akibat Konflik Sosial.
Perhatikan Gambar 2.29 tentang tokoh Bung Tomo dalam Pertempuran Surabaya tahun 1945. Pertempuran tersebut merupakan salah satu contoh akibat terjadinya konflik antar negara. Sekutu, Belanda dan Indonesia adalah kelompok yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Pertempuran yang menyebabkan ribuan pejuang Indonesia gugur tersebut tentu tidak muncul tiba – tiba, tetapi melalui berbagai pertentangan dan peristiwa – peristiwa klainnya. peristiwa tersebut dapat menggambarkan salah satu akibat dari adanya konflik.
Berikut ini merupakan akibat terjadinya Konflik sosial, diantaranya :
1. Meningkatnya Solidaritas Sesama Anggota Kelompok.
Dalam Kasus peristiwa pertempuran Surabaya, para pejuang tidak menghiraukan perbedaan suku, agama, organisasi politik, dsb. Mereka bahu – membahu melawan inggris (Sekutu). Terjadinya konflik dengan kelompok lain justru dapat meningkatkan solidaritas sesame anggota kelompok (in – group solidarity) yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain.
2. Retaknya Hubungan Antar Individu atau Kelompok.
Konflik yang terjadi antar individu atau antar kelompok dapat menimbulkan keretakan hubungan. Keretakan tersebut dapat terjadi sementara ataupun permanen. Kalian mungkin pernah konflik dengan emanmu yang menyebabkan dalam beberapa waktu tidak terjalin hubungan yang baik. Namun, karena kemudian saling menyadari kesalahan, kalian berdua akhirnya saling memaafkan.
3. Terjadinya perubahan Kepribadian Para Individu.
Perubahan kepribadian dapat terjadi pada kedua belah pihak yang mengalami konflik. Kedua belah pihak dapat saling menyesuaikan atau justru masing – amsing mempertahankan kebenaran yang diyakini.
4. Rusaknya Harta Benda dan bahkan Hilangnya Nyawa Manusia.
Konflik yang berujung pada kekerasan fisik dapat menyebabkan kerusakan dan hilangnya nyawa manusia. Sebagai contoh, konflik yang diakhiri dengan peperangan.
5. Terjadinya Akomodasi, Dominasi, bahkan Penaklukan Salah satu Pihak yang Terlibat dalam Pertikaian.
d. Cara Menangani Konflik
bagaimana sikap individu atau kelompok sosial atas terjadinya konflik ?. Terdapat 5 (5) cara yang biasanya digunakan individu atau kelompok dalam menyelesaikan konflik sosial.
1. Menghindar.
Kadang orang merasa tidak ada manfaatnya melanjutkan konflik dengan orang atau kelompok lain. Hal ini mungkin disebabkan keyakinan bahwa dia tidak akan menang menghadapi konflik. Dalam hal ini, dia mengorbankan tujuan pribadi ataupun hubungannya dengan orang lain. Orang ini berusaha menjauhi masalah yang menimbulkan konflik ataupun orang yang bertentangan dengannya.
2. Memaksakan Kehendak.
Terdapat individu atau kelompok yang memandang bahwa pendapatnya atau idenya paling benar. Oleh karena itu, dengan segala cara, konflik harus berakhir dengan kemenangan di pihaknya. Karena itu, dia atau mereka berusaha menguasai lawan – lawannya dan memaksa menerima penyelesaian yang diinginkan. Tujuan pribadinya dianggap sangat penting, sedangkan hubungan dengan orang lain kurang begitu penting. Tipe ini tidak peduli terhadap kebutuhan orang lain. Ia tidak peduli apakah orang lain menyukai dan menerima dirinya atau tidak. Ia menganggap bahwa konflik harus diselesaikan dengan cara satu pihak harus menang.
3. Menyesuaikan Kepada Keinginan Orang Lain.
Terdapat individu yang ingin diterima dan disukai orang lain. ia tidak merasa bahwa konflik harus dihindari demi keserasian (harmoni) dan ia yakin bahwa konflik tidak dapat dibicarakan jika merusak hubungan baik. Ia khawatir apabila konflik berlanjut, seseorang akan terluka dan hal itu akan menghancurkan hubungan pribadi dengan orang tersebut. Ia mengorbankan tujuan pribadi untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain.
4. Tawar Menawar.
Dalam proses tawar – menawar, individu akan mengorbankan sebagian tujuannya dan meminta lawan konflik mengorbankan sebagian tujuannya juga.
5. Kolaborasi.
Kolaborasi memandang konflik sebagai masalah yang harus diselesaikan. Atas dasar itu, dicarilah cara – cara untuk mencari cara mengurangi ketegangan kedua belah pihak. ia berusaha memulai sesuatu pembicaraan yang dapat mengenali konflik sebagai suatu masalah dan mencari pemecahan yang memuaskan keduanya.
2. Integrasi Sosial.
Integrasi Sosial adalah proses penyesuaian unsur – unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur – unsur yang berbeda tersebut dapat meliputi ras, etnis, agama, bahasa, kebiasaan, system nilai dsb.
Menurut Baton, integrasi adalah suatu pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan fungsi penting pada perbedaan ras tersebut.
1. Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan – kebutuhan mereka.
2. Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (konsensus) bersama mengenai nilai dan norma.
3. Nilai dan norma sosial itu berlaku cukup lama dan dijalankan secara konsisten.
Faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya proses integrasi, antara lain :
1. Homogenitas Kelompok.
Pada masyarakat yang homogenitasnya rendah integrasi sangat mudah tercapai, demikian juga sebaliknya.
2. Besar Kecilnya Kelompok.
Jumlah anggota kelompok mempengaruhi cepat lambatnya integrasi karena membutuhkan penyesuaian di antar anggota.
3. Mobilitas Geografis.
Semakin sering anggota suatu masyarakat datang dan pergi, semakin besar pengaruhnya bagi proses integrasi.
4. Efektifitas Komunikasi.
Semakin efektif komunikasi, semakin cepat pula integrasi anggota – anggota masyarakat tercapai.
Bentuk – Bentuk Integrasi Sosial, diantaranya :
1. Integrasi Normatif.
Yaitu Integrasi yang terjadi akibat adanya norma – norma yang berlaku di masyarakat. Contoh : Masyarakat Indonesia dipersatukan dengan Semboyan Bhineka Tunggal Ika.
2. Integrasi Fungsional.
yaitu Integrasi yang terbentuk sebagai akibat adanya fungsi – fungsi tertentu dalam masyarakat. Sebagai contoh, Indonesia terdiri dari berbagai suku mengintegrasikan dirinya dengan melihat fungsi masing – masing suku bugis melaut, jawa bertani, Minang pandai berdagang.
3. Integrasi Koersif.
Yaitu Integrasi yang dilakukan dengan cara paksaan. Hal ini biasanya dilakukan bila diyakini banyaknya akibat negatif jika integrasi tidak dilakukan atau pihak yang diajak untuk melakukan integrasi sosial enggan melakukan / mencerna integrasi.
Proses integrasi dilakukan melalui dua hal, yaitu :
1. Asimilasi.
Yaitu Bertemunya dua kebudayaan atau lebih yang saling mempengaruhi sehingga memunculkan kebudayaan baru dengan meninggalkan sifat asli tiap – tiap kebudayaan.
2. Akulturasi.
Yaitu proses sosial yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing (baru) sehingga kebudayaan asing (baru) diserap / diterima dan diolah dalam kebudayaan sendiri tanpa meninggalkan sifat asli kebudayaan penerima.
Faktor – Faktor pendorong integrasi Sosial, yaitu :
1. Adanya toleransi terhadap kebudayaan yang berbeda.
2. Kesempatan yang seimbang dalam bidang ekonomi.
3. Adanya sikap positif terhadap kebudayaan lain.
4. Adanya sikap terbuka dari golongan yang berkuasa.
5. Adanya kesamaan dalam unsur – unsur kebudayaan.
6. Adanya perkawinan campur (amalgamasi).
7. Adanya musuh bersama dari luar.